Banjir sudah berlalu. Ketika pagi buta ia datang, lalu menghilang begitu saja
Jikapun ada yang tersisa, tentu bukan bagianku.
Hujan masih saja bertabur gerimis. Seperti air mata. Tapi tak tampak ada yang bersedih. Hanya paras-paras lelah, seperti paras detik.
Entah kemana perginya kemarau
Yang menawarkan malam dingin. Kecerahan langit malam dengan bintang. Siangnya menebarkan kupu-kupu. Angin meniup panas yang tak mudah tersinggung.
(Sawitto, 4 Januari 2009)
0 komentar:
Posting Komentar