Selasa, 22 September 2009

DARI ISTRIMU

Kau melihatnya tergeletak jatuh tak berpenghuni. Kau meraih tangannya dan mengapitnya menuju singgasana. Menyelipkan bunga melati putih di rambutnya. Cahaya lampu-lampu, nokhtah-nokhtah tampak kian terang, kian jernih setelah tibamu di langit malam. Kau tak mempersoalkan lagi di mana jatuhnya, tak lagi peduli, tak merasa perlu.
Malam, kau menatap cahaya terbentang, manatap kota menghampar di langit. Menatap indah, hampir surgawi. Tiba-tiba ia berbalik, menatapmu yang sedang diam-diam kau tatap. Tatapan yang lekat, sangat lekat. Seakan kau dan ia bertukar tempat. Mencocokkan rasa, mencocokkan keinginan. Kata-kata sembunyi dibalik isyarat tatapan, mengalir lembut seperti angin pengunungan.
Pagi meninggalkan malam, kembali kata-kata sederhana mengalir berangkat dari hati. Kata-kata sisa semalam. Tak terhingga. Kata-kata itu merentang begitu jauh dalam dirimu. Berjatuhan seperti salju, mengagumi wujudmu kokoh dan bijak. Kau terpukau sedemikian rupa hingga kau perlu memeluknya lagi seperti seorang anak kecil.
Sore hari yang hampir malam. Di depanmu, pohon sakura berdiri tegak. Sakura yang hampir berbunga. Sakura istrimu. Pemandangan itu menyenangkan hatimu, senang yang bertambah ketika kau mengajaknya memandang pantai lepas nun jauh di sana. Dalam hati kau bicara, semoga ini akan kekal tanpa kecewa. Terus-menerus, mengawali akhir, mengakhiri awal yang dinamai manusia sebagai cinta.
Dalam perjalanan kekal, sebuah bulan menjelma banyak bulan, hampir seribu. Ia beranak pinang membentuk serdadu. Membentuk sayap yang siap membawa dirimu dan terbang kesurga. Tempat orang yang mengagumi cinta. Sampai tiba waktunya menutup mata, ketika kau bersatu dengan tanah bumi. Kembali. Tanda hidupmu tetap di atas tanah. Kesaksian, pemaknaanmu akan di jaga oleh sayap-sayap yang kau ciptakan.
(UNTUK TEMAN-TEMANKU YANG TAK SEMPAT KUKUNJUNGI PERNIKAHANNYA)

0 komentar:


Blogger Templates by Isnaini Dot Com and Volkswagen Cars. Powered by Blogger